Rabu, 22 April 2009

Perempuan, Mandiri Yuk!

:Jazimah Al Muhyi

“Suami tidak memberiku kesempatan untuk berkembang.”
”Gimana mau maju? Aku disibukkan oleh urusan rumah dan suamiku tidak mau bantu.”
Apakah suami Anda seperti Mahatma Gandhi? Dia hebat, ternama, sementara istrinya tidak bisa menjadi patner sejajar? Apakah Anda lantas merasa senasib dengan Kasturbai (istri Gandhi) yang hanya bisa bengong dengan ide-ide besar suaminya?

Lelahkah Anda mengejar cita-cita yang sepertinya menempel di langit ke tujuh, jauh sekali sepertinya tidak akan mungkin tercapai biar pun langit runtuh?

Jika memilih gagal, seribu alasan bisa diberikan sebagai alat pembela diri. Begitu pula jika memutuskan untuk berhasil. Kerepotan mengatur rumah tangga, mengurus anak, melayani suami, adalah deret alasan yang bisa/ biasa digunakan untuk memaklumi kemunduran pemikiran/ kekuatan intelektual seorang ibu.

Suami harus mendukung bagaimana? Sedang dia sudah banyak sekali tanggung jawabnya. Nafkah untuk anak istri, kehidupan orangtua dan saudara perempuan yang belum menikah, juga keluarga mertuanya, belum lagi urusan umat. Bayangkan, dengan bebannya yang sudah sedemikian berat, dia masih harus memikirkan upaya kita mencapai cita-cita? Wuaduuh, kasihan dong.

Ayo, kita pasti bisa! Harus masak untuk anak, suami, masing-masing berselera beda, harus bereskan rumah, harus arisan, harus nyuci, harus nyetrika, dll, dsb, etc, waduh, kapan sempat mikir, padahal mau baca mau nulis.

Ada kemauan, pasti ada jalan. Yakin, dan terus melangkah. Buat kemajuan tiap hari, meski satu mili. Kan kita mau jadi mitra sejajar suami.

Tidak ada komentar: